KUMPULAN CERITA HOROR INDONESIA

OSPEK DI BALIK BAYANG

Kenalin, nama saya Dini. Ini cerita saya saat saya memasuki SMA di salah satu SMA di Surabaya, waktu itu tahun 2019.

Cerita ini bermula waktu saya ikut ayah saya pindah ke Surabaya, karena orang tua saya bercerai. Waktu SMA, saya memutuskan untuk pindah ke Surabaya. Ibu saya menyarankan untuk bersekolah di salah satu sekolah di Surabaya yang terletak di jalan S. Cerita ini bermula saat saya tidak berpikir bahwa ternyata ospek dilakukan di luar sekolah, karena sudah tiga hari ospek dilakukan di dalam sekolah.

Ospek ini diselenggarakan di salah satu wisata atau bangunan tua di daerah Pasuruan yang di dalamnya ada cottage dan rumah peninggalan Bapak Presiden Ir. Soekarno yang pernah dipakai untuk syuting film "Vanderwijck".

Setibanya di lokasi, saya tidak merasa ada yang ganjil karena pemandangannya yang bagus. Ketika pembagian cottage, saya kebagian cottage paling pojok. Pas masuk pertama ke dalam cottage, teman saya inisialnya T mengajak saya untuk tidur di atas, namun saya memilih di bawah karena firasat saya sudah tidak enak.

Hari pertama masih aman karena hanya beraktivitas di siang hari. Di lokasi ini pun kami harus minum menggunakan air sumber dan makan hanya sayuran, sungguh hambar rasanya.

Hari kedua tetap seperti biasa, namun pada malam hari sekitar pukul 11 malam, kami dikumpulkan semua di lapangan untuk menuju gazebo akhir (gazebo atau aula besar). Jalan menuju gazebo atau aula ini sekitar 25-30 menit dari lapangan. Saya berpikir aman-aman saja sampai kakak osis bilang, "Adik-adik, hari ini saya kumpulkan malam ini untuk menelusuri jalan ini agar mencapai ke aula atau gazebo yang di sana sudah ada guru dan kakak-kakak osis yang lain. Untuk bisa ke aula kalian harus berjalan bersama satu teman kalian saja."

Saya yang kaget dan takut, sampai-sampai teman saya yang inisialnya E menarik saya untuk jalan bersama. Saya termasuk orang yang penakut dengan hal-hal mistis. Saya pikir akan bersama terus, namun di tengah perjalanan dipisah jalur atas dan bawah oleh kakak osis saya. Teman saya pilih jalur bawah yang ternyata melewati rumah peninggalan Bapak Ir. Soekarno, dan saya di jalur atas melewati jalanan kosong, terjal, menanjak, dan gelap seperti pepohonan dan hutan.

Saya naik melewati pohon-pohon, setibanya di tengah perjalanan saya melihat kuntilanak sedang duduk tepat di jalan yang saya lewati, namun agak ke pinggir, merunduk, dan menangis. Saya kira hanya kakak kelas saja yang ditugaskan, saya lewat saja sambil baca doa lalu saya berlari karena ketakutan.

Tidak lama saya berjalan, saya melihat lagi di atas ada dua orang duduk memakai gaun noni Belanda dan pejuang. Saya masih berpikir positif, oh mungkin orang atau karyawan cottage yang meramaikan acara ospek ini.

Saya terus berlari agar cepat sampai lalu saya jatuh, tersandung ranting. Di kiri saya terjatuh ada tiga pejuang kemerdekaan memakai baju lengkap ala tentara perang. Saya masih berpikir positif, saya kira cosplay. Salah satu pejuangnya bilang, "Eh sini bersihkan kakimu yang berdarah dengan air." Saya menurut saja, saya ambil selang, saya bersihkan sambil menghela napas. Saya melihat satu per satu wajah pucat pejuang tersebut. Saya masih berpikir positif. Yang satu lagi membersihkan pistol panjang, yang satu duduk termenung, dan yang satu lagi memperhatikan saya dan bilang, "Sudahlah, kamu di sini saja, tidak usah kamu ke aula," sambil sedikit melotot. Saya perhatikan lagi, pejuang-pejuang ini memiliki luka di bagian wajah yang lumayan bikin pertanyaan dalam hati saya, namun saya masih berpikir positif lagi.

Lalu tiba-tiba ada kakak kelas memanggil setelah saya duduk 10 menit di dekat pejuang-pejuang ini sambil kesakitan karena kaki saya berdarah. "Hei, ayo lanjut jalan ke aula." Saya ikut, "Ya kak." Lalu saya berpamitan kepada tiga pejuang, "Misi pak, saya harus lanjut ke aula. Terima kasih sudah boleh duduk di sini." Namun bapak-bapak pejuang ini diam dan tidak menjawab.

Setibanya di aula, kakak-kakak osis bertanya, "Apakah ada yang diganggu?" Saya merasa cuma ada kuntilanak duduk saja. Tapi saya bercerita kepada teman saya, lalu saya ngobrol dengan bendahara osis yang saya kenal bernama Kak M, "Kak, maaf apa ada yang cosplay jadi pejuang kah? Dan ada yang menjadi kuntilanak duduk?" Kakak osis saya menjawab, "Tidak ada yang seperti itu, Dini."

Sontak saya langsung berpikir, apakah yang saya lihat tadi benar-benar nyata, karena saya bukan anak indigo dan semacamnya. Di perjalanan dari aula ke cottage, melalui jalur bawah, saya lemas dan takut. Sesampainya di cottage, teman saya yang inisialnya T tadi kesurupan sampai lemas.

Untung saya tidak jadi ikut tidur di atas dengan dia. Pagi harinya kami pun bergegas pulang kembali ke Surabaya. Pengalaman horor ini selalu terngiang setiap saat. Saya ingin bagikan ini karena tradisi ospek di tempat yang sama kemungkinan masih berlanjut hingga saat ini.

#DiniMisliana