KUMPULAN CERITA HOROR INDONESIA

JEJAK TAK TERLIHAT

Aku mau coba cerita tentang pengalamanku waktu aku mau menikah, dan setelah menikah. Aku mau coba ceritakan ini karena ini pengalamanku yang lumayan panjang gangguannya. Walau sebenarnya waktu kecil sampai menjelang dewasa aku memang cukup sensitif dan suka lihat sesuatu yang kadang gak bisa kujelaskan pakai akal.

Jadi, aku menikah pada 5 Agustus 2023 di sebuah kawasan di Bandung Barat. Tapi hari sebelumnya, aku menginap di hotel bintang 5 yang masih satu kawasan dengan tempatku menikah. Aku sampai di hotel sekitar waktu asar (15.30 WIB kira-kira). Biar aku gambarkan ya, kondisi kamarnya ini cukup luas, dengan king bed, dan balkon yang menghadap ke bagian bangunan belakang hotel, yaitu sungai kecil dan ilalang yang cukup tinggi.

Karena aku ingin santai, aku buka pintu kaca balkon dan membawa kursi ke balkon untuk nongkrong, dan duduk santai sendirian. Gak terasa masuk ke waktu maghrib, dan aku cuek saja tetap nongkrong di balkon, terus masuk ke dalam buat salat maghrib. Saat mau wudu, aku baru sadar ada toner wajah yang bocor di dalam tasku dan beberapa pakaian dalamku basah. Karena aku gak punya cadangan, jadi aku jemur di balkon yang dari tadi memang aku buka pintunya (namun dengan kondisi tirai tertutup). Aku suka ada angin malam yang masuk kamar, hehehe gak mikir seram sama sekali. Aku juga sempat merokok lagi di balkon itu setelah maghrib, sambil nongkrong dan melihat ke arah ilalang-ilalang tinggi tadi.

Malamnya aku tidur bareng adikku. Aku sempat merasa agak susah tidur walau akhirnya tertidur dan bangun pagi juga. Karena aku akad nikah di jam 13.00, jadi aku masih santai paginya, tetap nongkrong dan merokok di balkon dan baru mulai dandan sekitar jam 10.00 pagi.

Semuanya masih dalam keadaan happy. Di kamarku ada aku, makeup artistku (laki-laki) satu orang, dan satu asistennya (perempuan) yang bertugas siapin baju nikahanku. Saat baju akadku dibuka dari bungkusnya, dan aku masih dalam posisi duduk (lagi didandanin), aku mencium bau kemenyan yang sangat menyengat. Aku hapal bau kemenyan karena waktu kecil beberapa kali ayahku juga suka bakar kemenyan di rumah.

Aku tanya dong, sama tim makeup artistku, “Ini memang ada prosesi bakar menyan ya sebelum pakai bajunya?” Terus mereka cuma diam dan ngomong, “Teteh kalau ada cium atau ngerasain sesuatu gak usah dirasa-rasa ya. Teteh fokus aja untuk hari ini.” Aku pikir ya sudah mungkin itu cuma perasaanku aja, walau bau kemenyannya gak hilang sampai kira-kira 15 menit, masih kencang kecium dan cuma aku yang cium bau itu.

Setelah akad di siang hari selesai, aku lanjut ganti baju untuk resepsi ke-1 (aku pakai adat Sunda, jadi pakai siger dll). Saat aku dandan di venue wedding, tepat saat siger ke-2 dipasangkan di kepalaku, kembali aku mencium bau kemenyan yang kali ini menyengatnya luar biasa. Sampai aku pusing aku protes sama banyak orang di ruang makeup, “Ini siapa sih yang bakar kemenyan? Ini kencang banget loh baunya, aku sampai pusing.” Tentu saja gak ada yang cium bau kemenyan selain aku, saking semuanya ikut merinding akhirnya mereka coba alihin fokusku.

Setelah acara selesai hari itu, tepat H+1 nenekku meninggal, aku gak ngalamin tuh malam pertama atau honeymoon. Jadinya aku fokus urusin pemakaman sampai H+2 setelah acara pernikahan, baru deh ada kesempatan buat nginep di satu hotel kecil di tengah Bandung kota. Aku dan suamiku sampai ke hotel sekitar waktu asar, dan setelah kami bersih-bersih, kami mencoba buat berhubungan suami istri untuk pertama kalinya. Saat aku mulai membuka baju, kembali bau kemenyan itu muncul dan menyeruak ke seisi kamar. Tentu saja suamiku gak tahu dan juga gak mencium bau itu, aku juga memutuskan untuk gak bercerita.

Esok harinya, kami langsung kembali ke apartemen kami di Jakarta. Kami sampai Jakarta sekitar jam 22.00 dan langsung beres-beres karena apartemen kami masih berantakan. Saat aku dan suamiku hendak membereskan kamar kami yang masih berantakan dengan barang dalam kardus, suamiku berdiri menghadap ke arahku, dan membelakangi kaca jendela kamar yang langsung menghadap ke arah jalan. Karena tirai kamar belum kami tutup, jendela kaca masih nampak jelas.

Itu malam pertama, aku melihat sesosok hitam yang bungkuk berjalan di belakangku (saat itu posisiku di depan suami, suami membelakangi kaca jendela, dan aku membelakangi pintu kamar yang terbuka, nanti aku gambarkan ya). Bayangan itu berjalan di belakangku, dan bayangannya terpantul di kaca jendela. Refleks aku menoleh ke belakang buat memastikan, apakah ada sosok itu di belakangku atau tidak. Dan ternyata gak ada apa-apa di belakangku. Karena suamiku penakut, dan dia cukup paham gerak-gerik setiap kali aku melihat “sesuatu” yang aneh. Suamiku kabur ketakutan, hahaha. Walau sampai saat itu aku masih melihat sosok hitam dan bungkuk itu masih muncul di kaca jendela sampai beberapa menit lalu hilang.

Sampai akhirnya karena terlalu capek, aku gak mau terlalu mikirin sosok yang tadi aku lihat. Akhirnya kami berdua tidur. Sampai di sekitar jam 2.00 pagi, aku terbangun karena suara kaca jendela yang terdengar seperti diketuk oleh benda tajam seperti kuku. Bunyinya seperti “tek tek tek tek..” berkali-kali sampai aku membuka mata dan melihat ke arah jam yang menunjukan masih jam 2.00 pagi.

Aku berusaha membangunkan suamiku, tapi karena dia sangat penakut, dia cuma menutup kepalaku dengan selimut untuk memaksa aku tetap tidur. Sampai gak paham gimana, tapi tiba-tiba aku merasa masuk ke mimpi dan sosok hitam bungkuk tadi ada di atas badanku. Di dalam mimpi, aku berusaha kabur dan lari, tapi sosok ini mengejar aku dan mencakar-cakar badanku sampai aku kesakitan dan merasa gak ada jalan keluar untuk kabur. Aku benar-benar ketakutan di dalam mimpi itu. Sampai akhirnya aku terbangun, dengan posisi badanku sakit-sakit dan keringatan banjir. Aku bahkan mengompol sedikit saking ketakutannya (maaf ya jijik, aku juga bingung karena aku terakhir ngompol mungkin saat SD, itupun saat lagi sakit demam tinggi).

Besok paginya aku cerita sama suamiku, dan aku memberanikan diri untuk tetap di apartemen. Karena aku sedang WFH hari itu. Sampai tiba waktu salat dzuhur, aku memang merasa perasaanku gak enak seharian sendirian di apartemen (ini hari pertama aku sendirian di apartemen). Saat aku salat di posisi berdiri, aku merasa merinding dan tiba-tiba aja ada yang melepas tali mukenaku. Tali yang terikat simpul yang bahkan aku aja kadang susah bukanya, tiba-tiba aja terbuka saat posisiku berdiri bukan sedang menunduk.

Sejak siang itu perasaanku semakin gak enak, aku berusaha sibuk, beres-beres dan tetap menyalakan TV. Sampai tiba waktu maghrib, dan azan berkumandang. Aku tiba-tiba mencium bau bangkai yang menyengat banget, kayak bangkai tikus yang sudah lama dibiarkan. Baunya gak hilang sampai 10 menit, aku coba cari di mana sumber bangkai itu dan ternyata bau itu muncul dari kamar depan yang kami jadikan untuk tempat lemari baju dan lemari sepatu.

Karena aku takut, dan malam itu suamiku harus lembur, aku buru-buru chat teman terdekat dari apartemenku untuk menemani aku makan di luar. Belum selesai aku chat temanku, tiba-tiba saja muncul bau parfum suamiku. Karena aku hapal persis baunya, aku kira suamiku di pintu depan sudah pulang, tapi aku telepon suamiku dan dia masih ada di kantor. Seremnya, bau parfum itu kencang banget, dan gak hilang-hilang. Sampai setelah salat maghrib dan aku memutuskan buat keluar apartemen, bau itu masih samar-samar tercium. Padahal aku juga udah cek di tempat suamiku simpan parfum, botolnya baik-baik saja dan gak bocor. Aku juga cek gak ada bangkai di mana-mana.

Sampai besok paginya, aku iseng chat temanku. Aku menceritakan detailnya tentang semua kejadian yang aku alami. Terus temanku ini cuma bales, “Na, kamu nih nyakitin siapa waktu sebelum nikah? Ada gak kira-kira yang gak ikhlas sama pernikahanmu?”

Jelas aku bingung, karena aku berhubungan baik sama semua orang-orang terdekatku.

“Ini kayaknya mantanmu terakhir, yang orang Solo, kayaknya sih ulah dari dia.”

Temanku bilang, kemungkinannya ada dua. Bisa jadi ada “sesuatu” yang menempel saat aku nginep di hotel sebelum acara nikahan, atau “sesuatu” yang merupakan “peliharaan” mantan pacarku yang orang Solo itu, nampaknya masih merasa gak ikhlas karena aku meninggalkan mantanku (alias majikannya). Mungkin si “sesuatu” ini turut sakit hati, dan “mampir” untuk mengangguku.

Setelah menceritakannya ke temanku, aku diminta untuk ngaji juga salat bareng suamiku. Dari situ, alhamdulillah, aku gak pernah dapat gangguan apa-apa lagi.

Pesanku, mungkin saat kita datang ke tempat baru kita tetap harus jaga diri, jangan terlalu sembrono (aku merasa sembrono merokok sendirian di balkon ngadep ke ilalang, sungai, padahal itu tempat yang baru pertama kukunjungi). Terus, pesan lainnya kita mungkin gak pernah tahu ya siapa yang sakit hati sama kita selama ini. Tetap berbuat baik, dan meminta maaf sama orang-orang di masa lalu kita juga penting sih.

Semoga gak ada yang mengalami hal serupa kayak aku ya.

#sarah