KUMPULAN CERITA HOROR INDONESIA

GUMPALAN PUTIH

Di akhir tahun 2019, aku mendapatkan tugas sebagai marbot masjid. Tugasnya antara lain mengumandangkan azan, kadang menjadi imam salat, mengajar ngaji anak-anak kecil sampai orang tua, membersihkan lingkungan masjid, dan lain-lain.

Masjid ini berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, agak jauh dari pusat kabupaten. Jarak dari tempatku ini sampai ke alun-alun Sukoharjo kurang lebih 5,5 km, dan itu melewati jalan raya besar.

Aku diberi tempat istirahat di depan halaman masjid. Halaman masjid itu lebarnya hanya 6x3 meter, jadi dari kamarku tidur ada satu jendela yang mengarah ke tepat depan masjid/halaman masjid.

Di suatu malam, aku tidak ada kegiatan. Kegiatan pengajian tidak ada, anak-anak muda juga waktu itu tidak ada yang main ke masjid. Karena aku membawa sepeda, malam itu aku kepikiran mau gowes menuju ke alun-alun Sukoharjo sekitar jam 9/10 malam. Karena aku sudah sering ke sana kemari naik sepeda sendiri, malam itu aku sendirian naik sepeda ke alun-alun tersebut.

Dalam perjalanan menuju alun-alun, aku melewati banyak sawah. Meskipun itu jalan besar, tapi kiri kanan masih banyak sawahnya. Karena sawah itu luas, jadi udara yang berhembus di malam hari cukup kencang. Aku yang naik sepeda kadang harus mengayuh lebih kuat lagi.

Di satu jembatan pendek di jalan yang aku lewati menuju alun-alun tersebut, aku melihat di seberang jalan ada satu kebun kecil tepat di sebelah jembatan pendek tersebut. Kebun itu aku lupa ada pohon apa saja yang tertanam, tapi yang membuat aku bingung, di antara semua pohon itu hanya ada satu tangkai daun pisang yang bergerak.

Seperti yang aku ceritakan di atas, seharusnya dengan lingkungan sekitar sawah, ada angin yang berhembus, tapi kenapa yang bergerak hanya satu tangkai batang pohon pisang?

Dan jiwa isengku ini muncul.

Aku dengan bodohnya menjulurkan lidah ke arah daun pisang yang bergerak-gerak tadi sambil tetap mengayuh sepedaku.

Singkat cerita, aku sudah sampai di alun-alun kemudian kembali pulang, melewati jalan yang sama ketika aku berangkat tadi. Tapi ketika melewati kebun kecil itu, pohon pisang tadi sudah tidak bergerak seperti sebelumnya. Sudah tenang.

Di pikiranku, "Huhhh aman."

Tapi entah sebab angin yang kencang di malam itu atau entah bagaimana, sepedaku terasa berat. Mengayuh untuk pulang itu berat sekali. Tapi mungkin cuma perasaanku.

Akhirnya, sampailah aku di masjid.

Aku tidur bersama dengan satu marbot lain yang juga masih muda. Dia marbot sebelumku yang sebentar lagi akan pulang ke kampung halamannya.

Jam menunjukkan pukul 23.44 atau sekitar segitulah ya. Hampir tengah malam aku baru sampai ke tempat istirahat itu. Semuanya tampak biasa saja waktu aku pulang, sepeda aku masukkan, aku masuk kamar.

Di kamar tersebut hanya ada satu kasur, single bed, dan sudah dipakai tidur oleh marbot itu. Jadi malam itu aku tidur di lantai yang beralaskan karpet masjid warna hijau yang ada bentuk masjidnya.

Aku merebahkan badan miring menghadap ke barat, kepala di selatan, kaki di utara. Posisi miring tiduran dengan bantal di kepala. Lama banget main hp nggak ngantuk-ngantuk.

Tiba-tiba ada keinginan membuat story WA, karena ya bosan nggak ngantuk-ngantuk. Membukalah aku aplikasi kamera di hp androidku. Kamera itu langsung menghadap ke belakang, menampakkan kaca kamar tidur yang menghadap ke halaman masjid. Kupikir mending sekalian memfoto jendela kamar tidur dari posisiku tiduran.

Tapi... ketika aku mau memfoto jendela tersebut, tepat di pojok/ujung jendela bagian bawah sebelah kiri, aku melihat ada gumpalan. Gumpalan itu jaraknya jauh dari jendela, jadi jarak dari aku tiduran dan jendela itu kurang lebih 3/4 meter. Tapi aku masih bisa melihat tembok masjid dan genteng masjid depan kamarku.

Karena mungkin sedikit parno tapi belum takut, aku coba arahkan kameraku lagi di posisi aku masih tiduran, hp-nya mode potret. Dan aku lihat gumpalan itu masih ada.

Sekali. Cuma sekali aku lihat, aku cek pakai kepalaku sendiri, ke posisi duduk melihat keluar tanpa beranjak dari tempat aku tidur tadi. Sama sekali nggak ada gumpalan yang aku lihat di kamera hp-ku.

Jadi di depan kamarku itu juga ada besi jemuran. Besi jemuran itu tempatnya bukan di tempat aku melihat gumpalan tersebut, dan juga bukan beton yang timbul dari masjid depan kamarku. Gumpalan yang aku sebut itu kira-kira posisinya di tengah halaman masjid.

Singkatnya, aku foto gumpalan itu satu kali. Bahkan setelah aku foto, aku lihat di galeri, aku zoom, tapi gumpalan itu cuma berbentuk gumpalan. Bisa dibilang itu pocong, tapi gumpalan itu cuma muncul di layar hp-ku. Waktu aku lihat langsung tadi itu nggak ada apa-apa, dan juga itu bukan besi jemuran yang aku sebutkan tadi.

Setelah foto itu aku ambil, aku nggak mau mikir ke mana-mana, aku langsung matikan hp dan tidur. Pagi sudah tidak ada hal-hal aneh. Dan saat itu juga aku tanya ke temanku yang bisa melihat, aku chat dan aku kirim gambar yang tadi malam. Dan yah, benar apa yang aku pikirkan. Itu pocong.

Asumsi awal, dia muncul karena aku iseng menjulurkan lidah ke arah pohon pisang di pinggir jalan waktu malam hari aku bersepeda sendirian.

@sssstttuff

#syaiful